Pages

Minggu, 11 Desember 2011

Kakek Penjual Petai


Petai? Siapa yang suka? Petai, makanan yang “agak” diajuhi beberapa orang. Cukup berasalan dengan bau dan rasa yang khas, tidak sedikit yang membenci buah yang berkeris-keris ini. Tetapi ternyata yang suka banyak juga lho. Buktinya banyak yang menjual di pasar-pasar tradisional.

Beberapa waktu yang lalu, saya dan Ibu pergi ke sebuah pasar tradisional di daerah Depok. Dengan kekhasannya suasana pasar pagi dan baunya yang tak asing lagi, pasar tetap menjadi sebuah teramai di pagi hari. Bahkan mengalahkan Masjid. 

Setelah berbelanja segala macam jenis rempah-rempah dan lauk-lauk, Ibu mengajak saya membeli petai. Aneh memang, di tengah-tengah pasar ada begitu banyak penjual petai tetapi Ibu lebih memilih yang di pinggir pasar. Ada sesuatu. Benar, setelah dilihat ada seorang kakek yang menjual petai sendirian. Dengan pelan-pelan ia menawarkan petai yang dijajakannya. Kakek yang sudah tua ini hanya memiliki satu tangan. Subhanallah. Dengan gigihnya ia tetap berusaha. Sedangkan saya? Masih muda dan sehat. Astagfirullah.

Satu hal yang mungkin paling menyentuh adalah si kakek mirip sekali dengan Almarhum Kakek saya, Bapak dari Ibu saya. “Emak gak tega, biar lebih mahal dikit, tapi kita membantu”. Bisik Ibu menjelaskan dengan senyum, berusaha menghilangkan tanda tanya di raut wajah saya. Saya yang semula bingung menjadi berkaca-kaca. Selain karena kegigihan si kakek yang, maaf, kurang sempurna. Juga karena teringat kejadian beberapa bulan lalu. Saya tidak bisa mendampingi/membimbing Kakek di saat-saat terakhirnya karena harus mengantar teman. Padahal sesaat sebelum itu, saya berada di sampingnya.

Teringat pula nasehat “carilah alasan yang membuat kita membeli dagangan mereka (orang-orang yang butuh bantuan) meski kita tidak membutuhkannya. Sedikit dari kita, berarti bagi mereka”. Tak apalah paling hanya lebih mahal dua ribu atau tiga ribu, tapi hikmah yang saya dapat waktu itu, jauh lebih mahal dari apa yang saya keluarkan. Semoga kita dapat senantiasa menjadi orang yang lembut hatinya untuk menolong.

1 komentar:

  1. “carilah alasan yang membuat kita memberi dagangan mereka (orang-orang yang butuh bantuan) meski kita tidak membutuhkannya. Sedikit dari kita, berarti bagi mereka”

    aku suka kutipan ini kak Dilla.

    BalasHapus