Pages

Selasa, 22 Januari 2013

Tamparan Habibie Buat Bangsa Indonesia


Sudah membaca buku kisah "Ainun dan Habibie" atau bahkan sudah menonton filmnya? Mungkin kebanyakan anda lebih tertarik dan tersentuh dengan kisah romantis kesetiaan sepasang suami istri, namun justru yang saya rasakan di sepanjang tulisan dalam buku dan film, adalah sebuah pertunjukan "peperangan" dari seorang anak bangsa kepada kebijakan pemerintahnya yang tidak berdaulat dan "tamparan" bagi budaya bangsanya yang tidak mandiri di atas tanah airnya sendiri.

Pada paruh tahun 80an akhir, sosok Habibie menjelma menjadi idola dan simbol sosok intelektual yang shalih. Seorang intelektual yang mumpuni diakui dunia barat, yang secara material sudah kaya karena royalti dari rancangan sayap pesawat terbang yang terus mengalir seumur hidup, dan digambarkan sebagai sosok yang taat dan rajin beribadah, bahkan tidak pernah meninggalkan puasa sunnah hari Senin dan Kamis.

Pada masanya bahkan masih sampai kini, sosok ini menjadi model bagi banyak sekolah dan lembaga pendidikan Islam, dengan jargon "mencetak cendekiawan yang berotak Jerman dan berhati Mekkah". Beberapa pihak bahkan menyebut sekolahnya sebagai lembaga yang mencetak Ulil Albab. Bisa jadi karena sedikit banyak sosok Habibie waktu masa itu dianggap pantas sebagai model Ulil Albab dalam perspektif cendekiawan.

Begitulah, "ruh intelektual" dari sosok Habibie nampaknya lebih kental dikenal dari "ruh pejuang". Makna Ulil Albab pun menyempit menjadi makna seorang cendekiawan pandai yang memiliki keshalihan personal.

Kisah PRT di Depok yang Temukan Rp 435 Juta & Mengembalikannya

Jakarta - Rini (25) baru kali ini melihat uang ratusan juta rupiah. Uang yang paling banyak dia lihat selama ini hanya Rp 5 juta. Itu pun hanya setahun sekali, hasil THR suaminya dan sumbangan dari penghuni kost, tempat suaminya bekerja menjadi satpam.

Kisah Rini menemukan uang ratusan juta itu bermula pada Rabu (16/1/2013) malam. Rini bersama suaminya sekitar pukul 21.00 WIB baru saja pulang membeli nasi goreng. Keduanya masih tinggal bersama mertua di kawasan Banjaran Pucung, Depok.

"Pas di turunan, saya melihat ada tas di jalan. Sempat dilewatin, tapi saya bilang ke suami saya supaya balik lagi," jelas Rini saat bercerita kepada detikcom, Selasa (22/1/2013).