Pages

Kamis, 19 Juni 2014

‘Tukang Tato’ Geng Yakuza Jepang Itu Kini Seorang Muslim

takazawa ‘Tukang Tato’ Geng Yakuza Jepang Itu Kini Seorang Muslim
TAKI Takazawa. Dilihat dari namanya saja, sudah dapat diketahui bahwa ia adalah orang Jepang. Dengan ciri khas rambut gondrong dan tubuh penuh tato, membuatnya tampak mirip dengan anggota geng mafia Jepang, Yakuza. Dia memang mantan tukang tato para anggota geng paling ditakuti di Jepang itu. Dan bukan main, profesi ‘tukang tato’ itu telah ia lakoni selama 20 tahun.

Tapi pandangan negatif pada penampilan fisiknya itu berubah saat dia mengumandangkan Azan. Takazawa kini menjadi Imam sebuah masjid di Ibukota Tokyo. Setelah mengucapkan dua kalimat Syahadat, Takazawa mencantumkan nama muslim Abdullah, yang berarti hamba Allah SWT.

Ranjau di balik Kenikmatan

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah ta’ala, yang telah menganugerahkan keimanan nan teguh serta keislaman syamil, kesabaran yang berkesinambungan, keistiqamahan dalam menjalankan agama kita yang mulia, atas nikmat-Nya pula terdapat persaudaraan di jalan Allah, yang dengan ikatan itulah kita berjumpa dan berpisah, saling merindukan, saling membantu laiknya satu tubuh yang cedera, maka bagian lain ikut merasakan, saling mendoakan dalam setiap waktu, ketika tangan-tangan kita menengadah saat bermunajat menembus langit dunia, mengetuk pintu harap dan raja’ kita kepada-Nya, segala problema dalam perjalanan dunia tentulah ada solusinya, terlebih lagi kita punya kekokohan ukhuwah islamiyah bertangkai kekuatan do’a.

Namun saudara-saudariku, terkadang kita silap mata atau tersandung dalam pergaulan, sehingga kita bisa lupa bahwa ada banyak ranjau dan jurang yang berbalut kenikmatan, ditawarkan oleh orang-orang bersenyum manis membawa ikatan cinta palsu atau disebabkan bisikan setan yang kian menerobos hawa nafsu. Simaklah beberapa pengalaman berikut, kita petik hikmah-Nya bersama.

Ibu Syam dulu merasa terdesak, keperluan anak-anak sekolah di tahun ajaran baru makin menggunung, kebutuhan sehari-hari kian bertambah, dana pemasukan dan tabungan keluarganya tak mencukupi, apalagi ada anaknya yang harus segera masuk kuliah di kota lain, maka ia memutuskan untuk meminjam dana kepada Wak Nenet. Ketika itu, keadaan keuangan keluarganya benar-benar memerlukan bantuan. Setiap bulan ia membayar sejumlah uang kepada Wak Nenet. Lama, berbulan-bulan, masih saja belum lunas, kadang-kadang bila Wak Nenet menagih ke rumah di saat bu Syam sedang pergi, dana bayaran ke Wak Nenet tersebut dititipkan ke anak bu Syam. Jadi, si anak remajanya yang penasaran akhirnya bertanya, “Bunda, kok utang di Wak Nenet gak selesai-selesai, sih? Kan Bunda membayar terus setiap bulan ?”