Pages

Rabu, 09 Maret 2011

Takut Atasan Tak Takut Tuhan

Manusia akan selalu butuh, butuh pertolongan dari Tuhan dan bantuan dari sesamanya. Manusia selalu berinteraksi terlebih dalam kehidupan yang terus tumbuh bagai pohon yang semakin menyebarkan akarnya segala penjuru. Interkasi yang semakin kompleks dalam kehidupan yang terus maju seharusnya tidak membuat manusia lupa akan hakekat dirinya sebagai makhluk ciptaan Sang Khalik. Manusia adalah makhluk pilihan, bahkan terpilih sebagai khlifah. Sebuah amanah yang gunung pun tak sanggup memikulnya. Akan tetapi,apakah kita masih ingat akan amanah yang luar biasa ini? Kebutuhan dan keingingan yang terus diboncengi hawa nafsu membuat manusia lupa. Interaksi yang dilakukan pun hanya mengekor pada sistem, padahal kita bisa membuat sistem yang akan selalu ingat pada-Nya.
Sistem manusia yang dibuat atas kebutuhan terhadap dunia telah membuat manusia terlena dan lebih menghormati orang-orang yang memiliki pengaruh atas hidup mereka. Ambil satu contoh yakni, atasan kita dalam bekerja. Menghormati atasan? Boleh, asalkan tidak melupakan pada kita bahwa ada Dzat yang harus lebih dihormati dari beliau-beliau. Dzat yang menciptakan dan menganugrahkan nikmat kehidupan ini pada kita dan atasan kita.

Takut terhadap atasan adalah hal yang biasa dalam kehidupan ini. Namun, bagaimana terhadap Tuhan? Lihatlah bagaimana kita ketika dipanggil menghadap atasan secara mendadak. Pasti akan berusaha untuk tampil rapi dan menarik. Ingat sewaktu kita sekolah, jika pada jam istirahat sedang bermain tiba-tiba dipanggil keruang kepala sekolah, apa yang  kita lakukan? Kita akan sibuk untuk merapikan baju dan menyisir rambut. Lihat ketika sebuah kantor dikabarkan akan mendapat sidak (inspeksi mendadak). Seluruh pegawai akan merapikan meja, memakai kartu identitas, dan berusaha tampil baik. Memang apa niat kita belajar, bekerja, dan patuh pertauran? Patuh karena atasan atau patuh karena Allah Azza wa Jalla?

Namun, lihat ketika kumandang adzan bersahut-sahutan sebagai panggilan Allah atas makhluk-Nya yang sibuk akan dunia. Apakah kita bergegas manuju panggilanya? Apakah bersih dan rapi pakaian kita? Manakah yang lebih rapi pakaian kita menghadap atasan atau menghadap Tuhan? Memang siapa yang menciptakan kita dan atasan kita?

Sebuah kisah yang dapat menjadi cerminan kita saat ini. Dikisahkan seorang anak muda yang baru saja diperbolehkan bapaknya untuk membawa motor. Dengan semangat anak mudanya, ia mengendarai motornya kebut-kebutan. Tak perduli motor, bajaj, mobil, hingga truck yang menghalangi laju motornya klakson dan lampu sen pun bermain. Salip sana dan sini. Tak terkecuali lampu merah. Walaupun lampu masih menunjukkan warna merah, motornya malah di-gas. Hingga akhirnya ia diberhentikan oleh peluit seseorang berseragam lengkap.

Polisi             : silakan menepi sebentar dek,
Anak muda : baik Pak
Polisi              : bisa tunjukkan SIMnya dek?
Anak muda : bisa Pak (sambil mengeluarkan surat-surat)
Polisi              : ada STNK
Anak muda : ada Pak
Polisi              : Adek tahu kalo tadi itu lampu merah?
Anak muda : tahu Pak
Polisi              : lalu kenapa masih diterobos?
Anak muda : ya saya gak tahu ada bapak disini
Polisi              : …………….

Cerita di atas adalah cerminan bagaimana kita sering kali bertindak bukan karena Allah dan kesadaran akan kewajiban. Namun, hanya masih takut pada hal-hal duniawi. Semoga kita selalu ingat akan hakekat kita sebagai manusia dan semoga Allah mengampuni kita semua. La haula walaa quwwata illa billah.

0 komentar:

Posting Komentar