Pages

Minggu, 29 Mei 2011

Mengenang Wasiat Sang Pembebas

-->
29 Mei?? Hari jadi siapa? Hari ini sebuah kota terkenal dan legendaris merayakan hari jadinya. Sebuah kota yang menjadi penyambung sejarah dan dua dunia. Islambul, kota megah lambang kebesaran kekhalifan Turki Utsmani. Nama ini diberikan oleh Sultan Muhammad Al Fatih, pemuda yang mampu mewujudkan salah satu bisyaroh nubuwah. Pemuda ini mampu menundukkan sebuah kota yang didirikan sejak abad ke-7 SM, Konstantinopel. Islambul didirikan diatas Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Romawi yang memang diidam-idamkan oleh banyak bangsa, Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab (Muslim), dan Pasukan Salib (meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem). Maka tak salah juga pernyataan Napoleon Bonaparte “Jika di dunia ada satu negara maka konstantinopel itu ibu  kotanya”.

Peristiwa bersejarah ini merupakan salah satu bukti kebenaran nubuwat Rasulullah saw. Beliau pernah bersabda bahwa Konstantinopel akan dikuasai oleh umat Islam. Dalam hadits riwayat Imam Ahmad disebutkan bahwa Abdullah bin Amru bin Ash ditanya, “Yang manakah di antara kedua kota ini yang ditaklukkan terlebih dahulu? Konstantinopel ataukah Roma?” Maka beliau memerintahkan seseorang untuk mengambil sebuah kotak yang ada padanya. Lalu, kotak itu diberikan kepadanya. Dibukanya kotak itu dan dikeluarkannya secarik kertas. Lantas beliau berkata, “Ketika kami sedang menulis bersama Rasulullah saw, beliau ditanya: yang mana di antara kedua kota ini yang ditaklukkan terlebih dahulu. Konstantinopel ataukah Roma. Beliau menjawab, “Kota Heraklius terlebih dahulu, yakni Konstantinopel.” 
Rasulullah telah mengucapkan kata-kata itu sejak 850 tahun sebelum pembebasan Konstantinopel terjadi. Dan Konstantinopel memang benar-benar ditaklukkan. Rasulullah juga memberi kabar gembira bahwa pasukan yang menaklukannya adalah sebaik-baik pasukan, sedangkan panglimanya adalah sebaik-baik panglima.

Namun, yang ingin ditonjolkan dalam notes ini adalah bagaimana seorang khalifah yang luar biasa (Muhammad Al Fatih) memberikan wasiat terakhir kepada anaknya, penerusnya. Khalifah yang memberikan wasiat diakhir kepemimpinannya dalam memegang amanah. Maka ia sampaikan wasiat ini kepada penerusnya:
“Aku sudah diambang kematian. Tapi aku berharap aku tidak kawatir, karena aku meninggalkan seseorang sepertimu. Jadilah seorang pemimpin yang adil, shalih dan penyayang. Rentangkan pengayomamu untuk rakyatmu, tanpa kecuali, bekerjalah untuk menyebarkan islam. Karena sesungguhnya itu merupakan kewajiban para penguasa di muka bumi. Dahuluklan urusan agama atas apapun urusan lainnya. Dan janganlah kamu jemu dan bosan untuk terus menjalaninya. Janganlah engkau angkat jadi pegawaimu mereka yang tidak peduli dengan agama, yang tidak menjauhi dosa besar, dan yang tenggelam dalam dosa. Jauhilah olehmu bid’ah yang merusak. Jagalah setap jengkal tanah islam dengan jihad. Lindungi harta di baitul maal jangan sampai binasa. Janganlah sekali-kali tanganmu mengambil harta rakyatmu kecuali dengan cara yang benar sesuai ketentuan islam. Pastikan mereka yang lemah mendapatkan jaminan kekuatan darimu. Berikanlah penghormatanmu untuk siapa yang memang berhak.”

“Ketahuilah, sesungguhnya para ulama adalah poros kekuatan di tengah tubuh negara, maka muliakanlah mereka. Semangati mereka. Bila ada dari mereka  yang tinggal di negeri lain, hadirkanlah dan hormatilah mereka. Cukupilah keperluan mereka.”

“Berhati-hatilah, waspadalah, jangan sampai engkau tertipu oleh harta maupun tentara. Jangan sampai engkau jauhkan ahli syari’at dari pintumu. Jangan sampai engkau cenderung kepada pekerjaan yang bertentangan dengan ajaran islam. Karena sesungguhnya agama itulah tujuan kta, hidayah itulah jalan kita. Dan oleh sebab itu kita dimenangkan.”

“Ambilah dariku pelajaran ini. Aku hadir ke negeri ini bagaikan seekor semut kecil. Lalu allah memberi nikmat yang besar ini. Maka tetaplah di jalan yang telah aku lalui. Bekerjalah untuk memuliakan agama islam ini, menghormati umatnya. Janganlah engkau hamburkan uang negara, berfoya-foya, dan menggunakannya melampaui batas yang semestinya. Sungguh itu semua adalah sebab-sebab terbesar datangnya kehancuran.”

Itulah wasiat al-Fatih. Ia telah mencatatkan tinta emas dalam sejarah dan mengukir prestasi yang insyaAllah sangat layak dibanggakan dihadapan Allah SWT dengan membuktikan pada dunia melalui usaha yang nyata. Dan satu hal, Ia tidak hanya meninggalkan sejarah yang menempel pada dirinya tetapi ia juga telah mewariskan amanahnya dan yakin terhadap penerusnya. Maka bagi kita para pemegang amanah, apakah kita telah mewariskan penerus-penerus yang siap berbuat lebih baik dan lebih hebat dari kita?
Wallahu a’laam bishowab.

0 komentar:

Posting Komentar